Sejak kita lahir, mungkin keinginan pun ikut terlahir. Setiap diri manusia dilekati oleh keinginan ini. Dari keinginan yang sederhana menjadi semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia itu sendiri, demikian pada umumnya.
Seorang bayi ketika terlahir dia akan menangis. Setelah itu terdorong rasa lapar, ia kemudian mencari air susu dari sang ibu. Entah sudah bisa disebut ada ‘keinginan’ atau belum dalam hal ini. Yang pertama memunculkan keinginan adalah dorongan kebutuhan akan makan. Setelah kebutuhan yang pertama terpenuhi maka ada kecenderungan untuk timbulnya keinginan yang lain sebagai akibat kebutuhan yang lain pula. Demikian seterusnya… Hingga suatu saat akan tiba datangnya ‘keinginan - keinginan’ yang tidak lagi didorong oleh kebutuhan hidup yang pokok lagi.
Barangkali bisa dikatakan, semakin tua seseorang akan semakin banyak keinginannya. Meskipun hal ini tidak berlaku seratus persen di dunia ini. Ya, bagi mereka yang memahami sejatinya hidup, mereka yang menjalankan ‘mati sakjroning urip’.
Cobalah perhatikan diri kita. Misalnya saja saat ini memiliki sepeda, kemudian…boleh donk kepingin sepeda motor. Karena dengan sepeda motor mobilitas semakin tinggi, memudahkan pekerjaan dan berbagai keuntungan yang lain. Gimana rasanya setelah keinginan punya sepeda motor terpenuhi? Tentu saja senang. Berapa lama ‘rasa’ senang itu berlangsung? Satu hari, satu minggu atau satu bulan? Yang jelas, rasa senang itu tidak akan bertahan lama. Begitu pula ketika kita kehilangan sesuatu yang membuat rasa sedih dalam hati kita. Berapa lama rasa sedih itu bersemayam dalam hati? Yang pasti, rasa sedih itu juga tidak akan selamanya. Senang dan susah adalah rasa yang ada dalam diri manusia, silih berganti adanya.
Lambat laun ketika sudah punya sebuah sepeda motor,pingin punya lagi 2 atau tiga. Begitu pula dengan keinginan terhadap kepemilikan barang-barang yang lain, mobil, rumah bahkan pasangan. Sepertinya tidak akan ada habisnya keinginan itu. Yang timbul adalah kesibukan yang luar biasa dalam rangka pengejaran - pengejaran materi dan pemenuhan keinginan. Kapan waktu untuk bisa menikmati dan merayakan hidup? mereka lupa...
Terpenuhinya keinginan – keinginan tidak mengekalkan rasa senang dalam diri. Justru keinginan-keinginan yang tidak terkendali akan menyengsarakan, membuat penderitaan dan menimbulkan keterikatan. Berharap kebahagiaan tercapai dengan menyandarkan pada terpenuhinya keinginan demi keinginan, akan menuai kecewa, kebahagiaan semakin menjauh. Dunia ini tidak kekal, bagaimana kita akan menyadarkan kebahagiaan pada sesuatu yang tidak kekal itu? Marilah saling berbagi, bebaskan hati dari rasa iri, benci dan mudahkan dalam memaafkan, Semoga kebahagiaan menyelimuti hidup kita.